Jika mendengar nama naga mungkin yang akan terlintas dalam benak kamu adalah sebuah binatang menyerupai ular yang memiliki sirip dan dapat menyemburkan api layaknya di berbagai film fantasi. Tapi sejarah kampung naga akan membedakan imajinasi kamu.
Namun tahukah kamu jika di sebuah daerah yang berlokasi di Tasikmalaya terdapat sebuah desa yang memiliki nama cukup unik, yaitu kampung Naga. Menurut warga dari kampung tersebut, Kampung Naga merupakan sebuah desa dimana penduduknya merupakan warga keturunan sunda asli yang merupakan keturunan asli dari Kerajaan Galuh Pasundan.
Nah sebelum menjadi kampung Naga seperti yang dikenal saat ini, para penduduk kampung naga atau desa Neglasari tinggal di lereng-lereng Gunung Galunggung.
Ya, sebelum mendirikan sebuah perkampungan, para leluhur warga kampung Naga dahulunya tinggal di atas pohon besar demi menghindari serangan bintang buas yang saat itu masih cukup banyak.
Oleh karena itulah, sampai saat ini warga Kampung Naga selalu tinggal di dalam rumah panggung. Meskipun bentuk dari rumah panggung tersebut tak sama layaknya rumah panggung umumnya, namun lantai rumah mereka selalu berada sekitar 1 meter di atas tanah.
Untuk bagian bawah rumah pun mereka manfaatkan sebagai kandang ternak kecil seperti ayam, kelinci, bebek dan masih banyak lainnya. Sedangkan untuk ternak dengan ukuran besar akan dipelihara secara terpisah, atau lebih tepatnya depan kiri kampung yang berdekatan dengan dua kolam masa (Sebuah kolam yang sejak dulu tak pernah berubah).
Namun sebenarnya siapakah yang memulai atau membuka perkampungan di desa Naglasari ini? Sebuah kisah menyatakan bahwa Syeh Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati yang merupakan abdi Singaparna ditugaskan untuk menyebar agama Islam ke arah Barat.
Sesampainya di desa Naglasari, Kecaaan Salawu, Tasikmalaya beliau mendapat petunjuk untuk melakukan semedi di tempat tersebut. dan selama masa semedi beliau pun mendapat petunjuk lagi untuk mendirikan sebuah pemukiman yang kini dikenal dengan Kampung Naga.
Nah jika anda berkunjung ke kampung Naga ini, anda tak hanya akan mendengar cerita tentang sejarah singkat Kampung Naga, namun juga berbagai adat istiadat dan budaya yang masih begitu melekat di pemukiman ini.
Sebagai contoh yaitu tradisi upacara adat yang masih begitu sering dilakukan. Bahkan hampir beberapa bulan sekali warga kampung Naga akan melakukan upacara syukuran, upacara peringatan maupun upacara untuk mengingat hari penting lainnya.
Hanya saja, upacara atau acara adat ini tidak boleh dilakukan disembarang waktu. Ada beberapa waktu yang dilarang untuk melakukan acara adat. Tak hanya itu, tradisi lain yang masih begitu kental di kampung Naga adalah tradisi perhitungan hari baik untuk melakukan sebuah acara.
Biasanya perhitungan hari baik ini akan dilakukan berdasarkan dengan hari naas pada setiap bulannya, seperti saat bulan Muharam di hari sabtu dan minggu tanggal 11,14, sapar hari sabtu dan minggu tanggal 1,20 dan masih banyak lainnya.